KI AGENG SUTA CANDRA
Disalin oleh :
1. Harjo Suwito ( cucu Arsadikara / Penatus Jeruklegi )
2. Sumadi Arief Hartoyo (Buyut Arsadikara / Penatus Jeruklegi, cucu Arsadiwirya).
Putra Adeg Soka Kromo kaliyan Ki Ageng Jeruklegi. Ki Ageng Jeruklegi pikantuk titipan garwo selir Sampean Dalem Mataram, ingkang saweg wawratan pitung wulan, ingkang sinuwun Kanjeng Mataram ngendika, menawi mbenjang mbabar putra kaking supados dipun paringi asma : Ki Bagus Suta Candra
Sesampunipun Ki Bagus Suta Candra dewasa, dipun krama aken kalian putrinpun Ki Adil Gunung Jaya, Jeruklegi
Amargi sampean Dalem Kanjeng Mataram keagungan musuh inggih menika Adipati Bragolo ingkang mbalelo, milo menika utusan salah satunggalipun punggawa supados nimbali putranipun saking garwa selir ingkang wonten Gunung Jaya / Jeruklegi, inggih menika Ki Bagus Suta Candra supados merjaya Adipati Bragolo, Ki Bagus Suta Candra dipun kanteni prajurit katahipun 50 (seket) tiang.
Ki Bagus Suta Candra saged merjaya Adipati Bragolo lan ngnaturaken sirahipun Adipati Bragolo dumateng sampean Dalem Kanjeng Mataram. Sesampunipun Ki Bagus Suta Candra ngaturaken hasil karyanipun ugi buktinipun, Ki Bagus Suta Candra seda amargi tatu wonten lambung kiwa, saking pusakanipun Adipati Bragolo.
Saderengipun seda, Ki Bagus Suta Candra pinaringan julukan PANGERAN SUTA CANDRA lan tanah perdikan miyaripun 36. jung ugi wangsitipun bilih seda jenazahipun supados dipun makam aken wonten PAKUNCEN JERUKLEGI.
Pangeran Suta Candra keagungan putra 3 (tiga) inggih menika :
1. Kendal Bagus Suta Candra II
2. Sawenggang Pati
3. Tumenggung Yudanegara
Amargi jasanipun Pangeran Suta Candra dumateng Kraton Mataram, mila putranipun inggih menika Kendal Bagus Suta Candra II dipun boyong dateng Mataram, dipun dadosaken / dipun angkat Adipati Gedong.
Ingkang dipun tilar wonten Jeruklegi inggih menika : Sawenggang Pati, Temanggung Yudanegara.
Tumenggung Yudanegara keagungan putra 12 (dua belas) :
1. Estri Krama manten Demang Pasir
2. Suta Krama, Demang Ajibarang / Sindang Barang
3. Merta Diwengsa, Demang Mandiraja
4. Wangsengrana, Demang Jeruklegi
Putra ingkang 8 (delapan) mboten kasebat
Wangsengrana (Demang Jeruklegi)
krama kalian mbayunipun Danureja ingkang asmanipun : Nyai Raden. Kagungan putra 4 (empat) inggih menika
1. Panca Manis (Demang Jeruklegi)
2. Panca Panitih (Demang Kalimanah / Purbalingga)
3. Panca Suwirya (Demang Jeruklegi)
4. Panca Kenteki (Demang Cilibang)
Salinan di Jeruklegi, 1 Oktober 1976
Sekian jung artinya luas tanah yang jadi pelungguh jabatan tersebut, mungkin sama dengan bengkok untuk lurah yang dipilih.
Bupati Gedong Tengen / Kiwo hanya berlaku di Keraton, bertanggungjawab atas administrasi dan keuangan.
PATIH KRAMAYUDA
Ing Majenang
Mendet jejer apit Ki Mas Patih Kramayuda ing Majenang, seda Jumuwah Pon ping 19 Sura Wawa angka 1777 jam 3 siyang utawi ping 15 Desember 1848, kapetek Septu Wage 20 Sura 1777 Wawu utawi ping 16/12 – 1848 jam 4 sonten, kesarehaken tilas batur dalam Kabupaten Majenang.
Puputra 3 :
1. M. Ajeng Wadana Majenang Wiradikrama
2. M. Ajeng AW Karangpucung Kramawijaya, puputra 1 saking waktu krama M. Yudadikiama.
3. R. Rangga Patih Kramareja in Cilacap, seda 18/19-1891, kapetek dinten Ngahad Paing ping 20/9-1891 ing Karangsuci
Sumber : Dr. Soedarmadji, Purwokerto.
K. R. Adipari Tjakrawedana II
K. R. T. Tjakradimedja 1846 – 1849
Bupati Cilacap I 1856 – 1873
Tumenggung Sedo Loji
Para Istri dan Putera :
a. R. Ayu Rangga Tjakradimedja
b. R. Ayu Tumenggung Tjakradimedja, bercerai
c. R. Ayu Adipati Tjakrawedana 2, 3, 4, 6, 8, 11, 12, 16
d. M. Aji Tedja, bercerai 5, 7
e. M. Aji Tisna, 9, 10, 13, 15
f. Bok. Aj. Sri 14, 17, 18, 19
K.R. Adipati Aria Tjakrawerdaja
O.O.N.G.G. St.G.S
R.M. Gatot
K.R.M.T. Panji Tjakrawerdaja
Bupati Cilacap IV 1882 – 1927
1. R. Ayu Adipati Ario Sosrowerdojo (Siti Soepijah), istri Bupati Indramayu 1917.
2. R. Ayu Soegirwo Mangkoesogirwo (Maknawiyah) [9.4.4.] istri Dokter DKR Majenang; Mantan Tahu, 1913
3. R. Ayu Tumenggung Sarwoko Mangoenkoesoemo
4. K.R.M.A.A. Tjokrosiwojo (Aboesoedjak), G.S. (B.Sch), Bupati Cilacap V 1927 – 1949.
5. R.M. Tjokroatmodjo (Soedita) (20:12:13:10C), Patih Kantor Karesidenan Banyumas, Purwokerto; Manta, di Cilacap
6. R.M. Soebagjo Tjokrodiprodjo, Bupati Ponorogo 1945-1947, Mantan diYogyakarta
7. R. Ayu Soengeb Reksoatmodjo (Soertijah) (16.10.6) istri Walikota Tegal, Mantan di Jakarta.
8. R. Ayu Tumenggung Mertapoera (Koestijah) (12.1.27), wilayah Cirebon, Mantan di Solo.
9. K.R.M.T. Soegirwo Tjokronagoro, Kepala DPU Wilayah Cirebon, Mantan di Solo
10. R.M. Soewarko Tjakrawerdaja, Pegawai DPUK Cilacap. Salah satu putera Dr. H. Soebijakto Tjakrawerdaja, Mantan Menteri Koperasi & UMKM Era Presiden Soeharto
11. R. Ayu Slamet Sampoerna Kolopaking Tjokrowiseno (Soeemah), istri Bupati Bekasi
Sumber : Dr. Soedarmadji, Poerwokerto,
Rabu, 22 Februari 2023
Nusakambangan
Foto saya di depan Monumen Nusakambangan setelah melewati Dermaga Sodong sebagai Pulau Penjara. Di bagian belakang monumen ini tertulis tanggal 11-10-43 dan nama R. Suminto. Monumen ini jika diartikan telah terjadi peristiwa pada tanggal 11 Oktober 1943 pada masa pendudukan Jepang.
Menurut cerita turun-temurun, Nusakambangan sebelum ditetapkan sebagai Pulau Penjara, pulau ini memiliki aktivitas kehidupan seperti halnya pulau berpenghuni pada umumnya. Hal ini bisa ditelusuri melalui pemakaman yang ada di Nusakambangan.
Berdasar catatan di Jeruklegi, Cilacap tanggal 1 Oktober 1976, Wangsengrana adalah seorang Demang yang bertugas menjaga pantai bagian barat Cilacap dan diberi prajurit yang dikepalai Ki Jaga Resmi. Kedua makam tersebut berada di daerah Aseman dan Pasuruan, Nusakambangan.
Wangsengrana adalah cucu dari Pangeran Sutacandra, putra dari Raja Mataram, dari isteri selir. Sedangkan makam Pangeran Sutacandra dan keturunan lainnya seperti Demang Pancamanis, Demang Cilibang berada di Jeruklegi.
Berdasar perjanjian di Donan 12 Juli 1706 Nusakambangan, Segara Anakan dan sebagian wilayah Cilacap Barat termasuk Dayeuluhur sejak itu jatuh ke tangan VOC di Karesidenan Cirebon. Sedangkan Donan saat ini berada di barat laut Alun-alun Kota Cilacap.
VOC di Batavia mengirim ekspedisi ke Nusakambangan 5 Agustus 1738 setelah adanya laporan jika Kapal Inggris “Royal George” memuat kopi dan mutiara dari Segara Anakan
Pada tahun 1819 sebanyak 30 pasukan Artileri ditempatkan di Nusakambangan, lalu pada tahun 1830 sebanyak 21 pasukan Artileri, 64 pasukan Infantri dan 1 tenaga kesehatan ditempatkan di Nusakambangan. Baru pada tahun 1836 kemungkinan konstruksi Benteng Karang Bolong di ujung timur Nusakambangan dan Benteng Banjoe Njappa dimulai
Dalam sebuah laporan Komandan dan Direktur dari Komisi Nusakambangan berupa salinan tertanggal 25 Agustus 1831, Letnan AL Belanda Klase 2, P de Perez menyebut nama-nama daerah yang ada di Nusakambangan diantaranya Selok Batur, Karang Bolong, Pasuruan, Gedang, Cipatal, Ciawitali, dll. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas penduduk pada masa itu.
Nusakambangan ditetapkan sebagai Pulau Penjara pada masa kolonial tahun 1908 setelah penelitian beberapa pulau di Hindia Belanda seperti Nusa Barung di Jawa Timur, Prinsen Eiland di Ujung Kulon dan Krakatau di Selat Sunda. Adapun dasar penetapan Nusakambangan sebagai Pulai Penjara dapat dilihat dalam Staatsblad Van Nederlandsch Indie tahun 1908 No 221.
Foto saya di depan puing-puing bangunan rumah dan kantor Kepala Penjara jaman kolonial di daerah Candi, Nusakambangan.
Ke arah baratnya terdapat sebuah Masjid At-Tawa berada di atas bukit Candi, Nusakambangan. Masjid ini selesai dibangun 17 Oktober 1968 diprakarsai oleh Direktur Lembaga Pemasyarakatan khusus Nusakambangan, Bapak S. Brotokoesoemo dan dilaksanakan oleh panitia pendiri masjid, Bapak Moch. Samingan. Selain itu, di Nusakambangan juga terdapat gereja.
Dari Masjid At-Taqwa jalan menanjak berkelok menuju Bukit Nirbaya, di sisi kanan dan kiri hutan lebat. Sampai di Bukit Nirbaya, di sebelah kiri menerobos hutan, semak berduri tajam terdapat puing-puing bangunan Belanda dan di depannya terdapat longsoran dari bekas taman. Jika melihat dari arsiteknya, tampak penghuninya dulu berasal dari kalangan atas.
Profil (1969) Kepala Lapas Karanganyar dan Kepala Polisi Khusus Nusakambangan, Bapak Josef Sanger. Beliau memiliki seorang putra tunggal yang saat Ini berusia 68 tahun di Jalan Duwet, Cilacap.
Peta Mutean, Kampung Laut dimana sebagian leluhur saya berasal dan Daerah Ketapang di Nusakambangan dimana mereka dimakamkam.
Sumber :
de Haan, Dr. F. Priangan, De Preanger – Regentchappen Onderhet Nederlandsch Bestuur Tot 1811, Batavia, 1910 – 1912 Deel 3, halaman. 338
de Perez P. Rapport van den Luitenant ter Zee, der 2 de Klasse van de Nederl Marine, Batavia, 1831.
Anonim. History of The Fortress at Cilacap. Java. 1819 – 1942
Djawatan Geologi Bandung. Peta Nusakambangan 1943 Bandung, 1943
Hartoyo, S. Ki Ageng Sutacandra. Jeruklegi, Cilacap, 1976.
Wibowo, M.U. Nusakambangan Dari Poloe Boei Menuju Pulau Wisata, Mitra Gama Widya, Yogyakarta, 2001.
Samingan. Usulan Proposal Tesis S-2. Poeloe Boei Sebagai Poeloe Penjara, Sejarah dan Perkembangannya Nusakambangan sebagai Lembaga Pemasyarakatan di Cilacap Tengah Tahun 1908 – 1964. UGM, Yogyakarta, 2009.
Schilder, Gunter. The Charting of the South Coast of Java. Archipel 22, 1981, halaman 87 – 104.
Matur Agunging Panuwun Pak Budi Wibowo.
Menurut cerita turun-temurun, Nusakambangan sebelum ditetapkan sebagai Pulau Penjara, pulau ini memiliki aktivitas kehidupan seperti halnya pulau berpenghuni pada umumnya. Hal ini bisa ditelusuri melalui pemakaman yang ada di Nusakambangan.
Berdasar catatan di Jeruklegi, Cilacap tanggal 1 Oktober 1976, Wangsengrana adalah seorang Demang yang bertugas menjaga pantai bagian barat Cilacap dan diberi prajurit yang dikepalai Ki Jaga Resmi. Kedua makam tersebut berada di daerah Aseman dan Pasuruan, Nusakambangan.
Wangsengrana adalah cucu dari Pangeran Sutacandra, putra dari Raja Mataram, dari isteri selir. Sedangkan makam Pangeran Sutacandra dan keturunan lainnya seperti Demang Pancamanis, Demang Cilibang berada di Jeruklegi.
Berdasar perjanjian di Donan 12 Juli 1706 Nusakambangan, Segara Anakan dan sebagian wilayah Cilacap Barat termasuk Dayeuluhur sejak itu jatuh ke tangan VOC di Karesidenan Cirebon. Sedangkan Donan saat ini berada di barat laut Alun-alun Kota Cilacap.
VOC di Batavia mengirim ekspedisi ke Nusakambangan 5 Agustus 1738 setelah adanya laporan jika Kapal Inggris “Royal George” memuat kopi dan mutiara dari Segara Anakan
Pada tahun 1819 sebanyak 30 pasukan Artileri ditempatkan di Nusakambangan, lalu pada tahun 1830 sebanyak 21 pasukan Artileri, 64 pasukan Infantri dan 1 tenaga kesehatan ditempatkan di Nusakambangan. Baru pada tahun 1836 kemungkinan konstruksi Benteng Karang Bolong di ujung timur Nusakambangan dan Benteng Banjoe Njappa dimulai
Dalam sebuah laporan Komandan dan Direktur dari Komisi Nusakambangan berupa salinan tertanggal 25 Agustus 1831, Letnan AL Belanda Klase 2, P de Perez menyebut nama-nama daerah yang ada di Nusakambangan diantaranya Selok Batur, Karang Bolong, Pasuruan, Gedang, Cipatal, Ciawitali, dll. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas penduduk pada masa itu.
Nusakambangan ditetapkan sebagai Pulau Penjara pada masa kolonial tahun 1908 setelah penelitian beberapa pulau di Hindia Belanda seperti Nusa Barung di Jawa Timur, Prinsen Eiland di Ujung Kulon dan Krakatau di Selat Sunda. Adapun dasar penetapan Nusakambangan sebagai Pulai Penjara dapat dilihat dalam Staatsblad Van Nederlandsch Indie tahun 1908 No 221.
Foto saya di depan puing-puing bangunan rumah dan kantor Kepala Penjara jaman kolonial di daerah Candi, Nusakambangan.
Ke arah baratnya terdapat sebuah Masjid At-Tawa berada di atas bukit Candi, Nusakambangan. Masjid ini selesai dibangun 17 Oktober 1968 diprakarsai oleh Direktur Lembaga Pemasyarakatan khusus Nusakambangan, Bapak S. Brotokoesoemo dan dilaksanakan oleh panitia pendiri masjid, Bapak Moch. Samingan. Selain itu, di Nusakambangan juga terdapat gereja.
Dari Masjid At-Taqwa jalan menanjak berkelok menuju Bukit Nirbaya, di sisi kanan dan kiri hutan lebat. Sampai di Bukit Nirbaya, di sebelah kiri menerobos hutan, semak berduri tajam terdapat puing-puing bangunan Belanda dan di depannya terdapat longsoran dari bekas taman. Jika melihat dari arsiteknya, tampak penghuninya dulu berasal dari kalangan atas.
Profil (1969) Kepala Lapas Karanganyar dan Kepala Polisi Khusus Nusakambangan, Bapak Josef Sanger. Beliau memiliki seorang putra tunggal yang saat Ini berusia 68 tahun di Jalan Duwet, Cilacap.
Peta Mutean, Kampung Laut dimana sebagian leluhur saya berasal dan Daerah Ketapang di Nusakambangan dimana mereka dimakamkam.
Sumber :
de Haan, Dr. F. Priangan, De Preanger – Regentchappen Onderhet Nederlandsch Bestuur Tot 1811, Batavia, 1910 – 1912 Deel 3, halaman. 338
de Perez P. Rapport van den Luitenant ter Zee, der 2 de Klasse van de Nederl Marine, Batavia, 1831.
Anonim. History of The Fortress at Cilacap. Java. 1819 – 1942
Djawatan Geologi Bandung. Peta Nusakambangan 1943 Bandung, 1943
Hartoyo, S. Ki Ageng Sutacandra. Jeruklegi, Cilacap, 1976.
Wibowo, M.U. Nusakambangan Dari Poloe Boei Menuju Pulau Wisata, Mitra Gama Widya, Yogyakarta, 2001.
Samingan. Usulan Proposal Tesis S-2. Poeloe Boei Sebagai Poeloe Penjara, Sejarah dan Perkembangannya Nusakambangan sebagai Lembaga Pemasyarakatan di Cilacap Tengah Tahun 1908 – 1964. UGM, Yogyakarta, 2009.
Schilder, Gunter. The Charting of the South Coast of Java. Archipel 22, 1981, halaman 87 – 104.
Matur Agunging Panuwun Pak Budi Wibowo.
Langganan:
Postingan (Atom)